Kapan nikah? Pertanyaan tersebut sering kali muncul dalam acara kumpul keluarga, reuni, ataupun pertemuan lainnya. Untuk perempuan (maupun laki-laki) berusia di atas 20 tahun, mendapat pertanyaan seperti itu ibarat makanan sehari- hari. Memang, sering ada orang kepo ketika melihat orang lain masih single, apalagi jika umurnya sudah pantas untuk menikah.
Namun, baikkah pertanyaan itu diucapkan untuk menyapa teman yang lama tak bertemu?.Kabar pernikahan memang sebaiknya disebarluaskan agar tidak menimbulkan fitnah. Namun, seperti judul cerpen Chinua Achebe, "Pernikahan adalah Urusan Pribadi", pernikahan merupakan sesuatu yang privasi.
Kita harus sangat hati-hati menanyakan pada orang lain kapan dia akan menikah atau kenapa dia belum menikah. Tiga orang siswa yang sama-sama terlambat sekolah belum tentu memiliki alasan yang sama di balik keterlambatannya. Si A mungkin karena bangun kesiangan. B naik motor, tapi ban motornya meletus. Lain lagi dengan C yang terlalu lama menunggu angkot. Nah, mereka memiliki penyebab yang berbeda, kan? Begitu halnya dengan menikah.
Kita tidak bisa menyamaratakan orang belum menikah karena tidak laku. Bisa saja orang itu ingin mengejar karier dulu. Atau, dia anak broken home yang trauma akan pernikahan. Bisa juga dia belum siap mental, masih ingin menikmati masa having fun dengan teman-temannya, yang tidak akan bebas dilakukan ketika sudah menikah.
Daripada mengajukan pertanyaan "Kapan nikah?", "Kamu kok belum nikah, sih?", "Kenapa kamu belum nikah?" dan sejenisnya, lebih baik kita menanyakan hal-hal yang lebih bermanfaat, menyenangkan, dan tidak bikin enek. Pertanyaan "Kapan nikah?" untuk orang-orang berumur di atas 20 tahun dan "IP kamu berapa?" untuk anak-anak kuliahan, itu sama- sama bikin nyesek, tauk!
Penulis:(Ratna Kurniawati)
Namun, baikkah pertanyaan itu diucapkan untuk menyapa teman yang lama tak bertemu?.Kabar pernikahan memang sebaiknya disebarluaskan agar tidak menimbulkan fitnah. Namun, seperti judul cerpen Chinua Achebe, "Pernikahan adalah Urusan Pribadi", pernikahan merupakan sesuatu yang privasi.
credit img :http://bramardianto.com/
Kita harus sangat hati-hati menanyakan pada orang lain kapan dia akan menikah atau kenapa dia belum menikah. Tiga orang siswa yang sama-sama terlambat sekolah belum tentu memiliki alasan yang sama di balik keterlambatannya. Si A mungkin karena bangun kesiangan. B naik motor, tapi ban motornya meletus. Lain lagi dengan C yang terlalu lama menunggu angkot. Nah, mereka memiliki penyebab yang berbeda, kan? Begitu halnya dengan menikah.
Kita tidak bisa menyamaratakan orang belum menikah karena tidak laku. Bisa saja orang itu ingin mengejar karier dulu. Atau, dia anak broken home yang trauma akan pernikahan. Bisa juga dia belum siap mental, masih ingin menikmati masa having fun dengan teman-temannya, yang tidak akan bebas dilakukan ketika sudah menikah.
Daripada mengajukan pertanyaan "Kapan nikah?", "Kamu kok belum nikah, sih?", "Kenapa kamu belum nikah?" dan sejenisnya, lebih baik kita menanyakan hal-hal yang lebih bermanfaat, menyenangkan, dan tidak bikin enek. Pertanyaan "Kapan nikah?" untuk orang-orang berumur di atas 20 tahun dan "IP kamu berapa?" untuk anak-anak kuliahan, itu sama- sama bikin nyesek, tauk!
Penulis:(Ratna Kurniawati)